Selasa, 12 Maret 2013

kumpulan pribahasa sunda

pribahasa bahasa sunda

Saketek sapihanean sabata sarimbagan
Satu hati; seia sekata, senasib sepenanggungan.

Sakirincinging duit sakocopoking bogo
Bermacam hal yang mempunyai daya tarik.

Sakuru-kuru(na) lembu saregeng-regeng(na) bateng
Semiskin-miskinnya orang yang mempunyai jabatan tentunya tidak semiskin rakyat jelata yang tidak punya apa-apa.

Salah kaparah
Salah tetapi sudah umum.

Salah tincak
Tercela kelakuannya; tidak benar kelakuannya.

Salieuk beh
Serbaada; kaya raya; tidak kekurangan apa-apa.

Salisung garduh
Sekongkol.

Saluhur-luhur punduk, tara ngaliwatan hulu
Sepintar-pintarnya murid tidak akan melebihi kepintaran gurunya.

Samagaha pikir
Binggung; hati yang kelabu; susah berpikir.

Sanajan nepi ka bisa ngukir langit
Walau bagaimanapun pandainya.

Sangsara digeusan betah
Sudah tidak mempunyai apa-apa karena sudah tidak mau bekerja atau mencari rezeki, tetapi anehnya, masih ingin tetap hidup.

Sapapait samamanis
Bersama-sama; seia sekata dalam suka dan duka.

Sapi anut ka banteng
Perempuan berbakti pada suaminya.

Sapu nyere pegat simpay
Berpisah; asalnya lama bersama-sama, kemudian berpisah karena pindah tempat tinggal, pekerjaan, sekolah, dsb.

Sarengkak saparipolah
Berbagai macam perilaku.

Sareundeuk saigel
Seia sekata; tidak pernah bermusuhan.

Sareundeuk saigel, saketek sapihanean, sabata sarimbagan
Hidup rukun, susah senang bersama.

Sari gunung
Dari jauh terlihat cantik, namun dari dekat tidak seberapa cantik.

Sarumbak panggangan
Sesudah selesai berdagang dan dagangannya laku semua.

Satalern tilu baru
Sama saja, masig begitu-begitu juga.

Satali tiga uang
Serupa sekali, tidak ada bedanya sedikit pun.

Satengah buah leunca
Hilang ingatan; terganggu pikirannya; agak gila.

Sato busana daging, jalma busana elmu
Orang akan dihargai oleh ilmu pengetahuannya.

Satru kabuyutan
Musuh bebuyutan.

Satungkebing langit
Seluruh atau seantero dunia.

Saumur dumelah
Sejak lahir; sampai sekarang.

Saumur jagong
Tidak lama umurnya.

Saumur nyunyuhun hulu
Seumur hidup.

Saungkab peundeuy
Perkataan yang ringkas, singkat, serta agak janggal kedengarannya.

Saur manuk
Menjaawab pertanyaan bersama-sama dengan jawaban yang sama.

Sawaja sabeusi
Suami istri yang mempunyai martabat yang sama.

Sawan geureuh
Tidak jadi sebagaimana yang diharapkan; tidak jadi setelah dibicarakan banyak orang.

Sawan goleah
Beranjak tidur tidak pilih-pilih tempat karena sudah ngantuk sekali.

Sawan kuya
Bisa naik tetapi tidak bisa turun lagi atau mudah mendapatkan pekerjaan tetapi sudah keluar.

Sela kapitan gunung
Anak laki-laki yang mempunyai seorang kakak perempuan dan adik perempuan.

Selang-seling
Terkadang normal terkadang gila.

Selenting bawaning angin, kolepat bawaning kilat
Isu; desas-desus; berita yang belum jelas kebenarannya.

Sembah kuriling
Mempunyai izin atau meminta maaf kepada beberapa orang yang mempunyai wewenang.

Sengserang padung
Sudah tua, sudah masanya memikirkan saat meninggal dunia.

Sengserang panon
Sedang enak dipandang mata atau sifat remaja pada masa mulai suka memandang lawan jenis.

Sentak badakeun
Gampang bosan dalam bekerja; pada awalnya giat sekali bekerja, tetapi seiring waktu menjadi malas, akhirnya pekerjaan pun ditunda tidak dikerjakan sama sekali.

Sepi paling towong rampog
Aman; tentram.

Serah bongkokan
Takluk tanpa syarat; menyerah tanpa syarat.

Sereg di buana, logor di(na) liang jarum
Tidak bisa bercampur baur dengan orang baik karena dirinya merasa orang jahat.

Setan bungkeuleukan
Orang yang begitu jahatnya, tidak berperasaan dalam melakukan kezaliman.

Setelan tiru baru
Sama saja, masig begitu-begitu juga.

Seukeut ambeu seukeut panon
Memiliki bayak mata-mata dan pintar melacak kasus sehingga bagaimanapun kasusnya bisa
terungkap.

Seukeut tambang manan gobang
Bagaimanapun kegagahannya, keberaniannya, dan ketidaktakutannya untuk melawan, orang
jahat akhirnya tentu akan tertangkap polisi.

Seuneu hurung dipancaran
Orang yang sedang marah semakin disulut kemarahannya.

Seuneu hurung, cai caah, (ulah disorang)
Orang yang sedang marah jangan dilayani atau digoda.

Seuseut batan neureuy keueus
Susah sekali meraih apa yang kita inginkan.

Si Cepot jadi raja
Orang yang tidak mampu menjadi pemimpin atau kepala.

Sibanyo laleaur
Ludes, tak tersisa sedikit pun (hidangan).

Siduruk isuk
Mengkhitan anak atau mengadakan kenduri dengan cara sederhana atau tanpa pesta yang berlebihan.

Sieun bahe tuluy tamplok
Karena takut rugi sedikitpun, akhirnya menjadi kehilangan semuanya.

Sieurean
Sekilas tampak tidak menarik, tetapi kalau diamati ternyata cantik dan manis.

Siga bentang kabeurangan
Cantik sekali.

Siga bungaok
Sangat buruk rupa.

Siga Si Cepot
Buruk rupa.

Silihjenggut jeung nu gundul
Saling menolong dengan orang yang sama-sama tidak mempunyai apa-apa.

Sing bisa mawa maneh
Harus bisa menempatkan diri supaya disenangi banyak orang.

Sireum ateulan
Tidak sama besarnya.

Sireum ngalawan kadal
Yang lemah melawan yang kuat atau rakyat jelata melawan penguasa.

Sireum oge katincak-tincak teuing mah tangtu ngegel
Orang miskin dan dihina pun bila terlalu dianiaya tentu akan melawan.

Sirung ngaliwatan tunggul
Dikatakan kepada orang yang martabat, pangkat, atau ilmunya melebihi orang tuanya atau gurunya.

Sisit kadal
Kurang beruntung; jelek peruntungannya.

Sisit kancra
Beruntung; baik peruntungannya.

Situ kaliung ku taman
Yang lebih dulu ada yang terkenal, bukannya yang baru.

Sonagar huma
Berani atau tidak malu-malu, tetapi terlihat kampungan dari bahasa dan perilaku.

Sono bogoh geus kalakon, lara wirang geus kasorang
Sudah cukup berpengalaman merasakan suka dan duka.

Sosoroh ngandon kojor
Memberi sesuatu pada orang lain dengan mengharapkan imblan, tetapi jangankan keuntungan yang didapat, malah mendapat malu dan kerugian.

Suku dijieun hulu, hulu dijieun suku
Bekerja keras untuk mencari nafkah.

Suku sambng leumpang, biwir sambung lemek
Hanya sekadar menyampaikan maksud orang lain saja.

Suluh besem oge ari diasur-asur mah hurung
Orang sabar pun kalau terus diusik tidak akan diam saja.

Sumput salindung
Menyembunyikan perbuatan diri sendiri agar jangan sampai diketahui oleh orang lain.

Sundul ka langit
Sangat tinggi seperti akan mencapai langit.

Taarrna teja mentrangan
Dahi yang bagus.

Tacan aya nu nganjang ka pageto
Belum ada satu pun orang yan tahu apa yang sebenarnya akan terjadi dikemudian hari.

Tai ka hulu-hulu
Sangat bodoh, bodoh sekali.

Taktak korangeun
Bahu yang tidak datarr, agak miring.

Taman kaliung ku situ
Yang baru justru yang terkenal, bukan yang sudah lama.

Tamba gado ngaburayot
Daripada diam tidak memakan sesuat, sekadar lumayan.

Tamiang meulit ka bitis
Senjata makan tuan.

Tamplok aseupan
Menurun semuanya kepada anaknya, baik perwatakannya mau pun perilkaunya.

Tanggung renteng
Meminjam uang kepada bank bersama-sama dan yang menjadi jaminannya bukan berupa barang, tetapi diri mereka sendiri.

Tangkal kai teus kalis ku angin
Setiap manusia sudah menjadi suratan takdir harus mengalami kesusahan.

Tapel adam
Tempat dilahirkan atau tempat berpulang ke alam baka.

Taraje nanggeuh dulang tinande
Siap atau bersedia menjalankan perintah.

Tarik alahbatan mimis
Kencang sekali.

Tatah wadung
Harta hasil susah payah, misalnya rumah warisan.

Taya bandinganana
Tidak ada yang menyamai.

Taya dunya kinasihan
Tidak pelit; semua diberikan.

Taya genah panasaran
Sudah merasa puas, tidak ada dendam lagi.

Taya geusan pakumaha
Tidak ada teman untuk berbagi.

Taya halodo panyadapan
Tiada hentinya dinasihati atau dimarahi.

Taya kabau
Mau mengerjakan apa saja; apa saja mau.

Taya siruaneunana
Orang yang tidak ada gunanya karena tidak baik, tidak bisa dimanfaatkan tenaganya.

Taya tangan pangawasa
Tidak mempunyai kekuatan atau kekuasaan.

Teguh pancuh
Teguh pendirian.

Minggu, 10 Maret 2013

Bahasa SUNDA

Fonologi

Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.
Berikut adalah fonem dari bahasa Sunda dalam bentuk tabel. Pertama vokal disajikan. (Silahkan isi sesuai keinginan)
Vokal

Depan Madya Belakang
Tertutup
Tengah e ə o
Hampir Terbuka (ɛ) ɤ (ɔ)
Terbuka a

Dan di bawah ini adalah tabel konsonan.
Konsonan

Bibir Gigi Langit2
keras
Langit2
lunak
Celah
suara
Sengau m n ɲ ŋ  
Letap p b t d c ɟ k g ʔ
Desis   s     h
Getar/Sisi   l r      
Hampiran w   j    

Sistem penulisan

Huruf Besar Huruf Kecil Nama Huruf Besar Huruf Kecil Nama
A a
M m
B b
N n
C c
Ng ng
D d
Ny ny
E e
O o
É é
P p
Eu eu
Q q
G g
R r
H h
S s
I i
T t
J j
U u
K k
W w
L l
Y y

Aksara Sunda

Ha Na Ca Ra Ka
Da Ta Sa Wa La
Pa Dha Ja Ya Nya
Ma Ga Ba Tha Nga

Undak-usuk

Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda - terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.

Tempat

Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
di atas .. di luhur .. palih luhur ..
di belakang .. di tukang .. palih pengker ..
di bawah .. di handap .. palih handap ..
di dalam .. di jero .. palih lebet ..
di luar .. di luar .. palih luar ..
di samping .. di sisi .. palih gigir ..
di antara ..
dan ..
di antara ..
jeung ..
antawis ..
sareng ..

Waktu

Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
sebelum saacan, saencan, saméméh sateuacan
sesudah sanggeus saparantos
ketika basa nalika
Besok Isukan Enjing

Lain Lain

Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
lapar Tina Tina
Ada Aya Nyondong
Tidak Embung Alim
Saya Urang Abdi/sim kuring/pribados

Perbedaan dengan Bahasa Sunda di Banten

Bahasa Sunda yang berada di Banten, serta yang berada di daerah Priangan (Garut, Tasikmalaya, Bandung, dll.) memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari dialek pengucapannya, sampai beberapa perbedaan pada kata-katanya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna. Namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), Bahasa Sunda Banten (Rangkasbitung, Pandeglang) digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Namun secara prakteknya, Bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai Bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Selatan Banten (Lebak, Pandeglang). Berikut beberapa contoh perbedaannya:
Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
(Banten)
Bahasa Sunda
(Priangan)
sangat jasa pisan
dia nyana anjeunna
susah gati hese
seperti doang siga
tidak pernah tilok tara
saya aing abdi
kamu dia/maneh anjeun
kalian daria/maraneh aranjeun
mereka darariana/maranehna aranjeuna
mereka maraneh aranjeuna
melihat noong ningali/nenjo
makan hakan tuang/dahar
kenapa pan naha
singkong dangdeur sampeu
tidak mau embung/endung alim
belakang Tukang Pengker
repot haliwu rebut
Baju Jamang Acuk
Teman Orok Batur
Darah Mokla Geutih
Contoh perbedaan dalam kalimatnya seperti:
Ketika sedang berpendapat:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Jeuuuh aing mah embung jasa jadi doang jelma nu kedul!"
  • Sunda Priangan: "Ah abdi mah alim janten jalmi nu pangedulan teh!"
  • Bahasa Indonesia: "Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas!"
Ketika mengajak kerabat untuk makan (misalkan nama kerabat adalah Eka) :
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Teh Eka, maneh arek hakan teu?"
  • Sunda Priangan: "Teh Eka, badé tuang heula?"
  • Bahasa Indonesia: "(Kak) Eka, mau makan tidak?"
Ketika sedang berbelanja:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Tong mahal jasa."
  • Sunda Priangan: "Dupi ieu sampeu sabarahaan mang? Teu kénging awis teuing nya"
  • Bahasa Indonesia: "Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan kemahalan."
Ketika sedang menunjuk:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Eta diditu maranehna orok aing"
  • Sunda Priangan: " Eta palih ditu réréncangan abdi. "
  • Bahasa Indonesia: "Mereka semua (di sana) adalah teman saya"

Meski berbeda pengucapan dan kalimat, namun bukan berarti beda bahasa, hanya berbeda dialek. Berbeda halnya dengan bahasa Sunda Priangan yang telah terpengaruh dari kerajaan Mataram. Hal itu yang menyebabkan bahasa Sunda Priangan, memiliki beberapa tingakatan. Sementara bahasa Sunda Banten, tidak memiliki tingkatan. Penutur aktif bahasa Sunda Banten saat ini, contohnya adalah orang-orang Sunda yang tinggal di daerah Banten bagian selatan (Pandeglang, Lebak). Sementara masyarakat tradisional pengguna dialek ini adalah suku Baduy di Kabupaten Lebak.
Sementara wilayah Utara Banten, seperti Serang, umumnya menggunakan bahasa campuran (multi-bilingual) antara bahasa Sunda dan Jawa.
pupuk balakbak nyabogaan watek

Bilangan dalam bahasa Sunda

Bilangan Lemes
1 hiji
2 dua
3 tilu
4 opat
5 lima
6 genep
7 tujuh
8 dalapan
9 salapan
10 sa-puluh
11 sa-belas
12 dua belas
13 tilu belas
.. ..
20 dua puluh
21 dua puluh hiji
22 dua puluh dua
.. ..
100 sa-ratus
101 sa-ratus hiji
.. ..
200 dua ratus
201 dua ratus hiji
.. ..
1.000 sa-rebu
.. ..
1.000.000 sa-juta
.. ..
1.000.000.000 sa-miliar
.. ..
1.000.000.000.000 sa-triliun
.. ..
1.000.000.000.000.000 sa-biliun

Sejarah Sunda

Sejarah dan penyebaran

 

Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda/Pasundan. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya.
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar bahkan sampai ke luar negeri. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.





































































SUNDANESE (SUNDA)

Bahasa Sunda (Basa Sunda, dalam aksara Sunda Baku ditulis ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ) adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 34 juta orang (sekitar 1 juta orang di luar negeri) dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia. Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat, melebar hingga sebagian Jawa Tengah mulai dari Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes dan Majenang, Cilacap, di kawasan provinsi Banten dan Jakarta, serta di seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.
Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa.



Variasi dalam bahasa Sunda

Peta linguistik Jawa Barat
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda[1]. Dialek-dialek ini adalah:
  • Dialek Barat
  • Dialek Utara
  • Dialek Selatan
  • Dialek Tengah Timur
  • Dialek Timur Laut
  • Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten[2] dan Lampung. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Cilacap dan perbatasan Purwokerto, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis dan Banyumas, Jawa Tengah.
Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Sedikitnya literatur berbahasa Sunda menyulitkan kajian linguistik varian bahasa ini.